Minggu, 12 Agustus 2018

Angklung

Get to know Angklung, Heritage of Original Sundanese Traditional Music

Angklung, this Sundanese original musical instrument is one of the cultural heritages that must be preserved. Comes from District Brass, a musical instrument made of bamboo has been recognized by UNESCO as a world cultural heritage belongs to Indonesia.
Do not know, then do not love. In order to love this very valuable inheritance, let's get to know angklung deeper. Many unique facts that you may not know about this instrument so far, and everything will be discussed here.

Angklung History

There is no definite record of when exactly angklung was created. But history records that in the 12th century, this instrument had begun to be used, that is, during the Sunda Kingdom.
This instrument is believed to be the caller of Dewi Sri to provide fertility for agricultural land. Usually, angklung is made of black bamboo and bamboo ater with various types of sizes that produce different music.
After that, angklung developed into several types. One is the tones of angklung work Sutigna Daeng, Citangtu population, Brass which is the first to create the tone diatonic angklung. Because Daeng Sutigna also, angklung can play various types of music, both traditional and modern.
Because Daeng Sutigna also, Kuningan Regency now calls itself Angklung Regency and has been established since 2010.

Angklung type

Not only one, but there are several types of angklung. Starting from Angklung Kanekes played by Bedouins, Angklung Reyog played in Ponorogo, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrak played Bogor community, Angklung Badeng played communities Garut, Angklung Beans played by people of Bandung, Angklung Padaeng which is so typical of Brass, Angklung Toel, Sri Murni and Angklung Angklung Sarinade which has a rounded tone only.

How to Play Angklung

Different from angklung, the


 distinctive sound is also different. Likewise with the technique of playing it, driven in a different way, the tone will be different.
The most widely used technique for playing angklung is Karulung, which is to shake it to the left and right. The second way is to check, aka jerk it. And the Tangkep technique, which is similar to Karulung, but there is one tube that is held in order not to vibrate.



Kuningan Angklung Festival

There are many angklung festivals that have been held in West Java and Banten, as well as several other areas. But what will soon be held is the Kuningan Angklung Festival, which will be held on August 17, 2018.
Kuningan has repeatedly held angklung festivals and is always crowded with visitors. Not only from Kuningan area itself, but also from other regions who want to see firsthand the grand event of this traditional musical instrument.
Interested in witnessing this annual festival? You can go to Kuningan by train. The easiest way is to buy Indonesian train tickets to Cirebon. From here, then you can continue the trip by mini bus or elf to Kuningan.
Usually, when the angklung festival season arrives, Indonesian train tickets to Cirebon are always sold out. Therefore, you should prepare yourself for a long time so you don't run out. And be sure to buy at Traveloka which is already known as a trusted Indonesian train ticket agent.
Compared to other lines, the train to Cirebon and then on to Kuningan is the fastest and most affordable transportation option. With a limited budget, you can enjoy the thrill of the angklung festival in Kuningan and all the way to other places that are not less interesting in this area.

Minggu, 29 Juli 2018

Liburan Sekolah


Liburan Sekolah
Oleh: Dennis Ismail Pattimura
Setelah belajar selama kurang lebih 1 tahun. Akhirnya, libur kenaikkan kelas telah tiba, itu adalah saat yang menyenangkan bagi para siswa, apalagi liburan kali ini berjalan sangat lama. Walaupun begitu, saya tidak terlalu senang. Karena, saya dan keluarga hanya 3 hari 2 malam ke Cisarua 2 hari setelah Lebaran. Sisanya, saya hanya di rumah, main handphone, dan menonton tv.
Pada saat Hari Lebaran, saya melaksanakan Sholat Ied di masjid dekat rumah. Setelah itu, saya bersalam salaman dengan tetangga di sekitar rumah. Banyak orang berdatangan ke rumah saya untuk bermaaf maafan. Kami juga saling mengobrol di ruang keluarga. Para tamu disambut dengan kami sekeluarga.
Setelah Hari Lebaran, ada keluarga kami yang datiang dari Sumedang dan Jatinegara. Acara dimulai dengan salam salaman dan bermaaf maafan. Kemudian, doa bersama dan dilanjutkan dengan makan bersama. Acara pada hari tersebut berjalan dengan sangat meriah.
Hari ketiga setelah Lebaran, sesuai rencana kami sekeluarga, kami jalan jam 3 Shubuh dari rumah. Kami berencana untuk pergi ke Taman Bunga Nusantara terlebih dahulu, kemudian baru ke Gunung Mas. Sesampainya di Taman Bunga ternyata masih terlalu pagi. Jadi, kami memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran untuk sarapan pagi. Sarapan pada pagi itu, kami makan sate dan nasi. Setelah makan kami kembali ke Taman Bunga Nusantara. Saat kembali, ternyata di Taman Bunga sudah ramai. Keramaian tersebut membuat kami masuk agak lama.
Setelah masuk ke Taman Bunga Nusantara, kami berpencar. Di dalam, banyak tanaman tanaman yang dibentuk sedemikian rupa. Ada yang berbentuk jam, dinosaurus dan lain lain. Setelah berjalan sambil berfoto foto, kami masuk ke sebuah labirin. Labirin tersebut terlihat mudah untuk dilewati. Padahal, saat masuk kami hampir tersesat. Setelah berhasil melewati labirin tersebut, kami masuk ke Taman Bali yang masih berada di taman bunga tersebut. Disana banyak patung dan candi.
Dari situ, kami keluar jam 11. Ternyata, jalanan sudah sangat padat dan macet. Kami berhenti sebentar di restoran untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan. Di tengah kemacetan, kami berhenti di Pertamina terdekat untuk mengisi bensin. Setelah bermacet macetan, akhirnya kami sampai di Gunung Mas jam 7. Kami makan malam kemudian beristirahat


Di pagi hari, saya sarapan dengan nasi goreng. Kemudian, kami jalan ke kebun teh di sana. Setelah berfoto foto di kebun the, kami turun lalu membeli makanan. Kemudian saya tidur di kamar. Saat bangun tidur hari sudah sore, saya berjalan ke taman di bagian bawah Gunung Mas. Saat naik kembali, saya lewat jalan yang dilewati kuda. Saat malam hari, kami membeli jagung bakar. Kami memakannya sambil menonton tv.
Esok hari kami memutuskan untuk pulang saat jam 3 shubuh. Diperjalanan kami berhenti di rest area untuk Sholat Shubuh.   Sesampai di rumah kami beristirahat. Sisa hari liburan saya lalui dengan menonton tv dan main handphone di rumah. Selain itu, saya menunggu nenek saya yang sedang sakit di rumah sakit. Ia dirawat cukup lama di rumah sakit. Kurang lebih 2 minggu dirawat di rumah sakit. Saya, ibu saya dan saudara saudara bergantian untuk menunggunya. Dan tepat pada tanggal 18 nenek saya wafat dan dimakamkan di TPU Budi Dharma. Kami mengadakan tahlilan di malam harinya hingga 7 hari